Jumat, 22 September 2017

Penculikan dan Kebohongan Anak

Story

Sejak Kamis, 14 September 2017, media sosial ramai dengan beredarnya video pengakuan seorang anak SD yang mengaku hampir diculik. Gadis cilik kelas IV SD yang berinisial PT ini bercerita kejadian mengerikan yang baru saja dialaminya itu dengan raut wajah yang tenang bahkan beberapa kali tersenyum. Memang mengagumkan ya ketika pertama kali mendengarnya, anak perempuan kecil bisa melepas bekapan tangan pria dewasa dengan sekali gigit. Jadi wajar saja para ibu yang merasa antara kagum sekaligus cemas dengan berita tersebut langsung membagikan, menyebar luaskan video PT ini.

Dua hari berselang, Wakasat Reskrim jakbar, Kompol Ivers Manossoh menyatakan bahwa kejadian tersebut tidaklah benar, alias palsu. Hmm tetap mengagumkan yah, tapi tentunya kagum yang dicampur miris.. Kok bisa ya anak kelas IV SD berbohong ? Saya jadi penasaran dan berselancar di samudra google untuk mencari tahu penyebab anak berbohong, cara mencegah dan menghadapi kebohongan anak.

Theory

Coba ya kita sendiri sebagai orang dewasa, pernah bohong ga ? Kira-kira kenapa kita bohong ? Mungkin kurang lebih sama, hal itu pula yang melatarbelakangi anak berbohong.
1. Anak tahu konsekuensinya
2. Anak tidak ingin mengecewakan
3. Mereka tidak berbohong, mereka hanya berfantasi
4. Mereka tidak ingat yang sebenarnya
5. Mereka pikir, bohong lebih sopan karena kebenarannya terlalu kasar
6. Mereka mencontoh orang tua

Jadi menurutku, berdasarkan pengalaman, dan tentunya dari hasil mengoreksi diri sendiri (yup, diingat-ingat pernah juga aku melakukan ini), ada kebiasaan yang keliru dari kita orang tua. Misalnya;
- mengekspresikan emosi dengan meledak-ledak ketika kesal dengan perbuatan anak. Aku yakin, bayi sekalipun bisa merasakan ekspresi wajah dan intonasi bicara yang nyaman itu seperti apa. Dan aku juga yakin bahwa TIDAK ADA ANAK YANG TERLAHIR SENANG MEMBUAT ORANG TUANYA KECEWA. Tidak ada. Maka ketika kita dikit-dikit marah, ya udah kebayang ya selanjutnya gimana..
- mengeluh (entah secara langsung di depan anak ataupun bercerita kepada orang lain) tentang betapa beratnya, betapa capeknya, dan betapa stress nya mengurus anak. Betul seorang ibu juga manusia, dan mengeluh bisa saja wajar. Tapi setelah saya pikir lagi, kebiasaan ini sangat tidak baik. Anak-anak tidak pernah minta untuk dilahirkan ke dunia dan "membuat" kita kerepotan. Bisa terbayang bagaimana rasanya datang di tempat baru lalu disalahkan. Lalu apa jadinya kalau anak merasa tak berharga ? Tentu akan mencari perhatian dengan cara apapun, bahkan cara yang mungkin dia sendiri tidak suka, kan intinya hanya ingin perhatian kita, hanya ingin kasih sayang kita, hanya ingin me,buat kita bangga akan dirinya..
- mudah membuat janji tapi tidak ditepati. "Iya besok ya kita beli", "ok nanti kalo makannya habis, mama beliin mainan baru", "ayo jangan nakalnya, nanti mama ajak ke dufan kalo adek anteng"
Ketika gak ditepati, mereka akan menganggap hal tersebut biasa.. Jangan heran kalau kedepannya jadi susah "didengar" anak.
- memuji hasil, bukan proses. Klise, namun F.A.T.A.L.